Arabika Jawa: Warisan Abad Ke-18 dan Istilah “A Cup of Java”

Kopi Arabika Jawa adalah permata mahkota dari sejarah kopi Indonesia. Ia merupakan varietas kopi pertama yang sukses dibudidayakan di luar Jazirah Arab dan Afrika, dan bahkan memberikan nama panggilan universal untuk kopi: “Java” (seperti dalam “A Cup of Java“).
1. Sejarah Singkat: Awal Kejayaan Global
- Pintu Masuk Kopi Dunia: Kopi Arabika pertama kali tiba di Jawa pada tahun 1699, dibawa oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC/Belanda) dari Yaman melalui India.
- Monopoli Dunia: Tanaman ini tumbuh sangat subur di dataran tinggi Jawa yang subur. Dalam waktu singkat, pada awal abad ke-18, Jawa menjadi produsen kopi terbesar di dunia. Kopi yang diekspor melalui pelabuhan Batavia (Jakarta) dan Semarang ini begitu dominan di pasar Eropa hingga akhirnya semua kopi di sana dikenal dengan sebutan Java.
- Bencana dan Kelangsungan Hidup: Kejayaan Arabika berakhir sekitar tahun 1876 ketika wabah penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) hampir memusnahkan seluruh perkebunan. Namun, varietas Arabika yang tersisa, terutama di dataran tinggi yang dingin, berhasil diselamatkan dan tetap dibudidayakan hingga kini, berdampingan dengan Robusta yang lebih kuat.
2. Wilayah Tanam Utama Arabika Jawa
Saat ini, produksi Arabika Jawa yang terkenal berpusat di dua wilayah utama, masing-masing dengan karakteristik rasa yang berbeda:
A. Java Ijen-Raung (Jawa Timur)
- Sebagian besar Arabika premium Jawa berasal dari perkebunan-perkebunan besar milik negara yang didirikan sejak era kolonial (seperti Djampit, Blawan, Pancoer, dan Kayumas) di dataran tinggi kompleks Gunung Ijen-Raung (ketinggian sekitar 1.400 mdpl).
- Metode Proses: Kopi di sini umumnya diproses secara basah (fully washed), yang menghasilkan profil rasa yang sangat bersih dan lebih cerah dibandingkan kopi Sumatra.
B. Java Preanger (Jawa Barat)
- Kopi ini berasal dari kawasan pegunungan Priangan (seperti Malabar dan Puntang), yang merupakan lokasi penanaman kopi pertama kali yang disebarluaskan oleh VOC.
- Kekhasan: Dikenal dengan sebutan “Java Preanger”, kopi dari sini cenderung memiliki profil rasa yang lebih buah-buahan (fruity) dan floral yang kuat.
3. Karakteristik Cita Rasa Arabika Jawa
Arabika Jawa memiliki profil rasa yang elegan dan seimbang, menjadikannya kunci utama dalam blend klasik Mocha-Java (perpaduan antara kopi Jawa dan kopi Mocha dari Yaman).
4. Proses Unik: Monsooning (Penganginan)
Beberapa biji kopi Arabika Jawa dari perkebunan tua menjalani proses penuaan yang unik yang disebut monsooning (penganginan musim hujan).
Biji kopi hijau (yang sudah diproses) sengaja dijemur dan diangin-anginkan di udara hangat dan lembap selama musim hujan, kadang hingga tiga tahun. Proses ini mengubah warna biji menjadi cokelat muda dan secara drastis mengubah profil rasanya:
- Acidity: Hampir hilang total (sangat rendah).
- Body & Rasa: Menjadi sangat berat dengan rasa kayu dan rempah yang intens.
Kopi ini dikenal sebagai “Old Java Coffee” atau “Old Brown Java” dan dicari oleh para penikmat kopi yang menyukai kopi yang sangat berbody tebal dan tidak asam.
Kopi Arabika Jawa adalah penghormatan abadi terhadap sejarah kopi global, menawarkan keseimbangan sempurna antara body yang kaya dan cita rasa yang cerah.
Apakah Anda tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang salah satu daerah penghasil Arabika Jawa, seperti Java Preanger yang terkenal?
Tuliskan Komentar